Kebutuhan terhadap bahan pelindung kemasan seperti bubble wrap terus meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri e-commerce dan logistik. Namun, penggunaan bubble wrap berbahan plastik masih menjadi permasalahan lingkungan karena sulit terurai dan berkontribusi terhadap peningkatan limbah plastik. Menjawab tantangan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengembangkan inovasi ramah lingkungan bernama CocoWrap, bubble wrap biodegradable berbahan dasar sabut kelapa.
Inovasi ini dikembangkan oleh tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang beranggotakan I Komang Gopal Davinsi (Fakultas Teknik 2024), Lidya Rahmadhani (Fakultas Teknologi Pertanian 2024), Muhammad Rifqi (Fakultas Teknik 2024), Kavina Nitiakevala Akbari (Fakultas Farmasi 2023), dan Umi Muthoharoh (Fakultas Ekonomika dan Bisnis 2024), dengan dosen pendamping Ir. Sinta Rahmawidya Sulistyo, S.T., MSIE., IPM.
Inovasi CocoWrap berangkat dari pemanfaatan selulosa dalam sabut kelapa, yang diolah menjadi bahan dasar lembaran pelindung dengan karakteristik lentur, kuat, dan tahan air. Proses pengolahannya meliputi tahap delignifikasi untuk memisahkan lignin dari serat, ekstraksi selulosa, pencampuran dengan bahan biodegradable seperti Polyvinyl Alcohol (PVA) dan beeswax, serta pembentukan lembaran bertekstur gelembung khas bubble wrap.
“Selama ini sabut kelapa sering kali dianggap limbah oleh masyarakat, padahal memiliki potensi besar sebagai sumber bahan biopolimer alami. Melalui CocoWrap, kami ingin menunjukkan bahwa limbah bisa punya nilai baru yang lebih berkelanjutan,” ujar Gopal, Ketua Tim CocoWrap UGM (14/10).
CocoWrap diharapkan dapat menjadi solusi alternatif pengganti bubble wrap plastik konvensional, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat di daerah penghasil kelapa. Produk ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah limbah plastik di lingkungan, tetapi juga mendukung prinsip ekonomi sirkular dengan meningkatkan nilai tambah dari hasil samping pertanian Indonesia.
“CocoWrap bukan sekadar inovasi kemasan pelindung, tetapi juga bentuk kontribusi kami dalam mendorong transisi menuju industri yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ungkap Lidya, salah satu anggota tim CocoWrap (14/10).
CocoWrap percaya bahwa perubahan besar berawal dari inovasi sederhana yang diterapkan secara konsisten, dijalankan dengan kesungguhan, dan memberi dampak yang meluas bagi lingkungan serta masyarakat.
Kegiatan kunjungan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama pimpinan fakultas, dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. Dekan FTP UGM untuk membahas bentuk penguatan kerja sama ke depan. Kunjungan ini menegaskan komitmen FTP UGM dalam memperkuat jejaring internasional dan memperluas dampak riset strategis dalam bidang pertanian cerdas, serta mendorong kolaborasi berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi di kedua institusi.
Program UGMPreneurs diikuti oleh 30 peserta dari berbagai fakultas yaitu 4 mahasiswa dari Fakultas Filsafat; 2 mahasiswa Fakultas Geography; 2 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya; 3 mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan; 1 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; 1 Fakultas Pertanian; 2 Fakultas Teknik; 11 Fakultas Teknologi Pertanian; 2 Sekolah Pascasarjana; dan 2 Sekolah Vokasi. Program UGMPreneurs dirancang sebagai wadah pembelajaran kewirausahaan lintas fakultas di UGM, yang menggabungkan pendekatan akademik dan praktis. Berbeda dari kelas bisnis konvensional, UGMPreneurs menghadirkan pengajar dari kalangan pengusaha aktif agar peserta memperoleh wawasan terkini tentang praktik bisnis nyata, tantangan industri, serta tren ekonomi digital. Dalam paparannya, Prof. Eka Sari Lorena Surbakti menguraikan materi Entrepreneurship 101 yang menekankan pentingnya membangun mental adaptif, berpikir kreatif, dan memiliki kemampuan untuk melihat peluang di tengah perubahan ekonomi yang cepat. Ia juga menyoroti pentingnya inovasi berbasis teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), dalam menjaga daya saing generasi muda di era global.
Dalam kegiatan tersebut, Dr. Widiastuti Setyaningsih, S.T.P., M.Sc., membawakan materi berjudul “Dari Ide ke Dana: Kiat Praktis Menyusun Proposal Penelitian DPPM.” Materi ini membahas strategi praktis dalam mengembangkan ide penelitian menjadi proposal yang terstruktur dan sesuai dengan kriteria pendanaan, mulai dari tahap perumusan ide, penyusunan metodologi penelitian, hingga penyelarasan dengan arah riset prioritas nasional.