Prof. Dr. Ir. Tyas Utami, M.Sc, dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi Pangan di Balai Senat UGM pada Selasa, 14 Maret 2023.
Pada prosesi pengukuhannya, Tyas Utami ditemani oleh keluarga dan dihadiri oleh sanak saudara, tamu undangan, dosen, hingga staff. Ia menyampaikan pidatonya pengukuhannya yang berjudul Probiotik Indigenous: Potensi dan Tantangannya Dalam Mendukung Kesehatan.
Dalam pidatonya Tyas Utami menguraikan tentang mikrobiota saluran pencernaan, hubungannya dengan pola makan dan kesehatan tubuh, peran probiotik pada kesehatan saluran pencernaan, potensi probiotik indigenous serta peluang dan tantangan teknologi produksi probiotik indigenous dan produk pangan probiotik, serta peran perguruan tinggi dalam menyokong komersialiasi produk probiotik indigenous untuk mendukung kesehatan.
“Pola makan yang kurang baik terutama rendah serat serta tinggi protein, lemak dan gula diketahui berkaitan dengan meningkatnya penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, stroke, obesitas dan kanker. Berbagai penelitian mengungkapkan hubungan yang sangat kuat antara mikrobiota saluran pencernaan dengan kesehatan tubuh,” katanya.
Tyas Utami menyampaikan adanya pandemi Covid-19 telah mengubah pola hidup dan pandangan masyarakat Indonesia terhadap kesehatan. Permintaan produk-produk suplemen kesehatan termasuk produk yang mengandung probiotik mengalami peningkatan. Fungsi utama mengkonsumsi probiotik adalah mengurangi potensi berkembangnya bakteri yang merugikan dalam kolon, menekan munculnya metabolit yang berbahaya, menjaga saluran pencernaan tetap sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh.
“Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, berdampak pada peningkatan permintaan produk pangan yang menyehatkan, termasuk produk probiotik. Namun suplemen probiotik dan makanan probiotik yang beredar di dalam negeri hampir semuanya menggunakan probiotik impor. Padahal probiotik indigenous yang berasal dari Indonesia telah banyak diteliti oleh para peneliti Indonesia, baik karakteristiknya, manfaat kesehatannya, aspek keamanannya, bahkan sampai pada produksi bubuk probiotik dan pengembangan produk-produk makanan probiotik. Namun demikian sebagian besar produksinya masih skala laboratorium, skala kecil meskipun beberapa peneliti telah melakukan peningkatan skala produksi,” jelasnya.
Menurutnya masih diperlukan riset skala pilot -plant untuk menjembatani penelitian di laboratorium menuju ke komersialisasi. Pengembangan produk-produk probiotik indigenous yang memberikan manfaat kesehatan akan memperluas jangkauan pemanfaatnya dalam mendukung kesehatan. Disamping itu penggunaan bahan-bahan lokal akan mendukung program pemerintah dalam peningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Untuk itu kerja sama yang sinergis antara peneliti dari berbagai disiplin ilmu, mitra industri dan perguruan tinggi sangat diperlukan.