
Tim mahasiswa dari program Six University Initiative Japan-Indonesia – Service Learning Program (SUIJI-SLP) telah menyelesaikan rangkaian kegiatan di Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, yang berlangsung sejak 21 Februari hingga 1 Maret 2025. Dalam presentasi akhir pada 5 Maret 2025, mereka memaparkan hasil observasi serta rekomendasi mitigasi bencana yang dapat diterapkan di wilayah tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh 12 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), 5 mahasiswa dari Ehime University, dan 1 mahasiswa dari Kochi University, dengan pendampingan dari Dr. Kazuya Masuda, Associate Professor di Kochi University, dan Dr. Masaki Oda, Assistant Professor di Kochi University.
Melalui observasi lapangan, tim SUIJI mengidentifikasi bahwa Selopamioro memiliki potensi tinggi terhadap bencana tanah longsor dan gempa bumi akibat kondisi topografi yang curam. Data ini menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, terjadi 2.223 laporan gempa bumi di Kabupaten Bantul dan 24 kejadian tanah longsor di Selopamioro. Dari hasil wawancara dengan warga setempat, ditemukan bahwa peta bahaya hanya tersedia di kantor desa, sosialisasi kebencanaan bagi masyarakat masih terbatas dan hanya dilakukan setahun sekali, serta belum adanya edukasi mitigasi bencana bagi anak-anak sekolah dasar.
Sebagai tindak lanjut, tim SUIJI melaksanakan berbagai program edukasi, termasuk kelas mitigasi bencana di sekolah dasar yang dikemas dalam sesi presentasi, poster edukatif, permainan interaktif, serta simulasi identifikasi area berbahaya di lingkungan sekolah. Mereka juga memberikan materi terkait tindakan preventif yang dapat dilakukan warga untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana. Selain itu, tim SUIJI membandingkan sistem mitigasi bencana di Indonesia dan Jepang, di mana di Jepang peta bahaya dapat diakses di berbagai tempat seperti sekolah dan kantor pemerintahan, serta terdapat simulasi gempa yang dilakukan secara rutin melalui kendaraan khusus yang disediakan oleh pemerintah.
Tidak hanya itu, peserta SUIJI-SLP juga melakukan berbagai aktivitas berbasis community service dan pertukaran budaya, seperti belajar gamelan, membuat ecoprint, mengikuti kenduri (sadranan), mencoba pakaian tradisional, membatik, berlatih Gejog Lesung, eksplorasi Goa Cerme, berpartisipasi dalam Japan Expo, serta Tour de Yogyakarta.
Prof. Dr. Puji Astuti, S.Si., M.Sc., Apt., Direktur Kemitraan dan Relasi Global UGM, pada diskusi presentasi menekankan pentingnya keberlanjutan program ini, ia menyampaikan “I guess this experience will be beneficial during the study, back home, and after graduation.”.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., juga mengapresiasi kerja keras dan komitmen para peserta dalam program ini.
“Your hard work, enthusiasm, and also commitment have embodied the spirit of SUIJI between Indonesia and Japan through academic and cultural exchange. As you return to your respective universities, let’s continue fostering collaboration and implementing the lessons and solutions you identified in Selopamioro. I think the objective of this program is to shape our future leaders with a sense of sustainability and collaboration.” ungkap Dekan FTP.
Program SUIJI-SLP ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Melalui pendekatan berbasis akademik dan pertukaran budaya, program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta membangun sistem mitigasi bencana yang lebih efektif dan berkelanjutan di Selopamioro.