Dalam perkembangan pesat industri kreatif bidang kuliner saat ini, muncul kreasi kuliner yang diperkirakan asli Indonesia yang relatif baru, akan tetapi dalam waktu singkat mampu melejit menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya para remaja. Kuliner serba pedas seperti aneka penyetan dan hidangan bersambal lainnya yang disukai remaja sangat memberikan prospek cerah dalam menggerakkan denyut ekonomi masyarakat menengah ke bawah, bahkan juga kelompok menengah ke atas. Demikian yang disampaikan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc dalam acara sosialisasi acara Lustrum XI FTP UGM yang disiarkan Radio Swaragama 101.7 FM Senin (7/5) hari ini.
Kuliner pedas dan penyetan tak hanya populer di Indonesia tetapi juga manca negara. Restoran penyetan yang dikembangkan di Malaysia, Singapura, dan di Timur Tengah seperti Jeddah pun mendapat sambutan luar biasa dari penikmatnya. Hal ini terlihat dengan semakin mudah ditemukannya warung sambal dan penyetan di Malaysia. Nampaknya masyarakat di negeri jiran meyakini bahwa kuliner penyetan dan bercitarasa pedas ini berpotensi menjadi sumber rejeki pasar kuliner mereka, padahal asal-muasalnya dari Surabaya. Selain itu, beberapa jenis sambal seperti sambal bajak, sambal petai, sambal nanas dan sambal terasi telah dipatenkan oleh WN Belanda dan telah diproduksi secara massal di Australia. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, tak menutup kemungkinan sambal-sambal asli Indonesia lainnya akan diklaim atau dipatenkan oleh pihak asing.
Berawal dari keprihatinan inilah, Fakultas Teknologi Pertanian dan Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM yang bekerja sama dengan forum komunikasi kuliner Indonesia (FORKOMKULINDO) akan menggelar seminar kuliner cita rasa pedas yang akan diadakan pada hari Selasa (8/5) di Balai Pamungkas dalam rangka Lustrum FTP UGM yang ke XI . Seminar ini akan menghadirkan 10 narasumber yang berasal dari sejarawan kuliner, akademisi dan praktisi. Perunutan sejarah untuk mencari tahu asal-muasal kuliner bercita rasa pedas dan penyetan ini akan dipaparkan oleh para sejarawan kuliner seperti Fadly Rahman, S.Hum, M.A dan Andreas Maryoto, S.TP, M.BA, sedangkan profil sambal Indonesia dan pola cita rasa sambal nusantara akan diulas oleh pemerhati kuliner sekaligus penulis buku kuliner Prof. Murdijati Gardjito dan Rima Sjoekri.
Seminar ini juga mengundang owner Warung SS, Yoyok Heri Wahyono dan Ayam Penyet Surabaya , Sugiri, S.TP untuk berbagi wawasan mengenai prospek bisnis kuliner bercita rasa pedas dan penyetan baik di dalam dan di luar negeri. Tak ketinggalan, ulasan ilmiah dibalik cita rasa pedas yang menggugah selera serta teknik menggoreng yang benar akan disampaikan oleh Guru Besar FTP UGM Prof. Sri Rahardjo dan Prof.Yudi Pranoto serta perwakilan dari Asosiasi Chef Indonesia, Chef Made Witara,S.ST, M.M. Semua materi dari para pembicara ini akan dituliskan dalam sebuah buku yang merupakan persembahan dari UGM untuk Indonesia dan diharapkan dapat meneguhkan posisi sambal sebagai kuliner khas Indonesia di mata dunia. (/Mtt)