Webinar yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian-UGM bekerjasama dengan PATPI Pusat dan PATPI Cabang Yogyakarta ini telah berlangsung pada tanggal 29 Juni 2020. Acara yang dihadiri secara daring oleh lebih dari 250 peserta ini, diisi oleh pembicara- pembicara handal diantaranya adalah Menteri Pertanian, Menteri Kesehatan, Ketua Dewan Riset Nasional dan Dekan FTP UGM. Tema yang diangkat dalam Webinar ini adalah PANGAN DI ERA NEW NORMAL: “Pengembangan Riset Teknologi Pangan Berbasis Potensi Lokal di Masa dan Pasca Pandemi Covid-19”.
Sambutan oleh Prof. Dr.Ir. Eni Harmayani, M.Sc (Dekan FTP UGM). Beliau memaparkan mengenai tujuan webinar ini diantaranya adalah:
- Menguraikan kondisi terkini kebijakan ketahanan pangan nasional
- Menguraikan tantangan dan prospek pengembangan teknologi pangan berbasis sumber daya lokal
- Mensinergikan gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup sehat melalui pola konsumsi pangan lokal yang beragam, bergizi, seimbang dan aman
Membangun sinergi penelitian pangan menjawab tantangan masa pandemik atau pasca pandemik atau tantangan ke depan.
Selanjutnya adalah sambutan dari Ketua PATPI, Prof. Dr. Ir. Umar Santoso, M.Sc. Pada awal situasi awal pandemik, sekitar awal Maret, PATPI melakukan himbauan yang dirangkum dalam 6 poin.
Adapun 6 poin himbauan tersebut, dua diantaranya adalah:
- Mengajak seluruh anggota dan ahli teknologi pangan indonesia untuk berperan aktif sesuai kompetensinya di lingkungan masing-masing dengan cara mengedukasi masyarakat sesuai dengan kaidah keilmuan yang baik benar dan valid, para anggota PATPI dihimbau agar semakin produktif dan inovatif dalam mengembangakan kajiannya dan penelitiannya yang relevan dan berdampak nyata bagi kebutuhan masyarakat bagi kesehatan maupun ekonomi masyarakat.
- Mengusulkan kepada pemerintah, khususnya kepada kementerian Riset/ BRIN, Kemenkes untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada pengembangan dan penelitian pada bidang pangan dan kesehatan yang mampu menghasilkan kemandirian pangan dan ingredien, semaksimal mungkin memanfaatkan potensi sumber daya Indonesia.
Harapannya adalah dapat dihasilkan rumusan kebijakan pengembangan riset teknologi pangan berbasis sumber daya lokal yang aplikatif dan bermanfaat besar bagi masyakarat.
Selanjutnya sambuatan dan pembukaan webinar oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., IPU,ASEAN Eng.
Beliau memberikan selamat kepada FTP UGM, PATPI Pusat dan PATPI cabang Yogyakarta yang menyelenggarakan webinar ini. Terjadinya pandemic ini tentu saja sangat berdampak luas terhadap aktivitas bangsa-bangsa di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, jika tidak ditangani secara cepat dan tepat akan menimbulkan bencana sosial di masyarakat. Namun, ada hal yang positif yaitu kita semua menjadi lebih bersinergi untuk membangun bangsa. Perilaku kebergantungan impor dan arus globalisasi trennya meningkat masuk ke Indonesia tidak terkecuali produk pangan. Ini menjadi tantangan kita semua, dimana tersedia sumber daya alam yang besar. Oleh karena itu, riset harus dikuatkan agar dapat mendorong daya ungkit, untuk menekan arus impor berbagai kebutuhan pangan serta membangun kerjasama yang baik antara pemerintah, akademisi, industri dan masyarakat.
Materi pertama dibawakan oleh Menteri Pertanian, Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH., M.Si., MH. Beliau membahas mengenai engembangan lahan rawa dan tentang perluasan areal tanah yang baru di Kalimantan.
Selanjutnya materi dibawakan oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan dengan judul Pengembangan Pola Konsumsi Pangan Fungsional Bersumber Alam Lokal Indonesi, dr. Kirana Pritasari, MQIH (Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI. Mewakili LETJEN TNI (PUR.) Dr. dr. TERAWAN AGUS PUTRANTO, Sp. Rad (K) RI.
Gambaran kondisi gizi di Indonesia, status gizi di Indonesia mengalami perbaikan, proporsi stunting balita di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar 30,8%, jumlah balita sekitar 22 juta tahun 2013, mengalami penurunan menjadi 27,67 %. Namun, masih melampaui batas ambang yang ditetapkan oleh WHO, sehingga kondisi Indonesia masih menghadapi permasalahan peningkatan prevalensi dari kelebihan gizi/ obesitas serta masih terjadi kekurangan zat gizi mikro seperti ditunjukkan damengurang anemia pada ibu hamil, serta anemia pada remaja.
Pangan fungsional yang baik seharusnya menjadi pola konsumsi sehari-hari, terutama yang berbasis dari lokal, berfungsi meningkatkan fungsi gizi dan kesehatan serta penurunan resiko penyakit. Namun, hal tersebut harus berdasarkan bukti dan kajian ilmiah, serta dapat memberikan informasi yang tepat terkait manfaat dari pangan fungsional yang memberikan fisiologis membantu meningkatkan kesehatan.
Indonesia memiliki variasi dan jenis pangan yang beragam, pangan lokal potensi yang besar untuk menjadi sumber pangan fungsional. Identifikasi, dukungan kajian ilmiah, informasi manfaat yang tepat, berkontribusi pada perbaikan status gizi. Peran peneliti dan akademisi sangat besar, sangat mengharapkan kerjasama pemerintah, peneliti dan akademisi yang saling mendukung. Manfaat komponen bioaktif diantaranya dalah kandungan asam lemak tak jenuh pada ikan yang dapat menurunkan resiko penyakit, imunokompeten dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, gingeral pada jahe dapat mengurangi peradangan, kandungan polifenol pada kopi sebagai antioksidan diharapkan sebagai penangkap radikal bebas. Salah satu makanan fermentasi Indonesia, ikan peda, kaya akan asam lemak tak jenuh yang dapat meningkatkan antibodi. Rekomendasi dari Kementerian Kesehatan terhadap situasi dan kondisi Pandemi ini adalah pastikan konsumsi harian beraneka ragam an bergizi seimbang yang divisualisasikan dengan isi piringku; Pangan fungsional memiliki peran untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi; Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan pangan fungsional; perlu pengembangan kajian ilmiah pangan local Indonesia untuk diklaim menjadi pangan fungsional, diperlukan pemberian informasi kandungan dan manfaat pangan fungsional yang tepat kepada masyarakat.
Selanjutnya materi ketiga diisi oleh Dr. Ir. Bambang Setiadi, IPU (Ketua Dewan Riset Nasional). Belaiu memaparkan belajarlah dari negeri sakura, banyak produk tradisional yang sangat terkenal hingga ke negara-negara lain di dunia. Hal tersebut disebabkan adanya pembentukan “image” makanan tradisional tidak kalah gengsi dan pembangkitan kecintaan terhadap pangan tradisional.
Salah satu produk Indonesia yang diangkat adalah tempe. Produsen tempe di dunia dikuasai oleh Jepang. Namun, untuk memproduksi tempe perlu distandardisasi. Selain tempe, ada juga madu. Seharusnya madu ini menjadi potensi lokal Indonesia. Berikut kesimpulan yang dipaparkan beliau:
- Inovasi pangan lokal sangat perlu untuk memperkuat kompetisi
- Produsen harus mengambil aktif inisiatif untuk mengamil teknologi yang canggih
- Memperhitungkan fakta bisnis yang ada
- Inovasi harus memperbaiki pangan local sehingga bisa mendorong masyarakat untuk percaya diri
- Rasa kecintaan terhadap pangan lokal harus ditumbuhkan sejak pendidikan usia dini
Materi kekempat oleh Prof. Dr.Ir. Eni Harmayani, M.Sc (Dekan FTP UGM). Permasalahan pangan pokok Indonesia masih impor meskipun melewati masa pandemic. Mampukanindonesia menyediakan
Tantangan riset pangan dan pertanian saat ini diantaranya adalah
- Memenuhi kebutuhan pangan untuk kedaulatan pangan
- Meningkatkan produktivitas dan produksi pangan
- Menurunkan impor pangan
- Mengatasi masalah gizi, stunting, meningkatkan imunitas masa dan pasca pandemic Covid-19
- Meningkatkan kesejahteraan petani
- Meningkatkan pemanfaatan bahan pangan lokal yang telah dikenal masyarakat, telah dilakukan riset dan mudah diadopsi oleh petani dan pelaku industri
Permasalahan dan tantangan bagi pangan lokal dan diversifikasi pangan diantaranya adalah:
- Kesehatan manusia tergantung pada keanekaragaman sumber gizi kronisnya, hanya sebagian kecil jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai sumber pangan
- Rendahnya keanekaragaman asupan disebabkan karena aspek social, rendahnya kesadaran masyarakat, dan tidak adanya rantai pasok
- Hanya 3 jenis pertanian pokok yang dimanfaatkan dan memberikan kontribusi 60% total kalori makanan yang dikonsumsi
- Saat ini hanya 120 spesies yang dimanfaatkan dan menyumbangkan 90%, total kalori makanan yang dikonsumsi
- Sistem pangan menjadi lebih seragam dan kehilangan keragaman
- Kecenderungan ini menimbulkan risiko terhadao produksi, distribusi, dan kemampuan akses terhadap pangan à kenaikan harga pangan menyebabkan kerusuhan dan kelaparan di berbagai negara
Strategi pengembangan pangan lokal diantaranya adalah
- Mempromosikan teknik proses produksi dan penyimpanan dalam skala kecil;
- Pengembangan penanganan pasca panen untuk mempertahankan kandungan gizi maupun kuantitas dan kualitas pangan local;
- Pengembangan agroindustri skala kecil dan membantu pemasaran bagi petani kecil untuk meningkatkan pendapatan;
- Memperkuat pengetahuan mengenai pangan local dan menegaskan pentingnya pangan local dan pola makan sehat.
Selain diisi oleh para pembicara, webinar ini pun didukung oleh komentar-komentar ahli diantaranya adalah Prof. Sigit Supadmo Arif; Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc; Prof. Dr. Yudi Pranoto, S.TP, MP; Prof. Dr. Yuli Witono, S.TP., MP. (patpi.or.id)