Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni lebih dari seribu etnis yang hidup bersama dengan kekayaan seni dapurnya. Ditunjang dengan kekayaan biodiversity yang terdiri atas bahan pangan nabati dan hewani, serta lebih dari 120 ragam bumbu, bisa dibayangkan bahwa Indonesia adalah dapur gastronomi terbesar di dunia. Informasi mutakhir dari berbagai penelitian tentang nilai fungsional bahan pangan, rempah, serta rimpang atau rizoma menunjukkan sangat besar manfaatnya untuk kesehatan penikmat hasil seni dapur Indonesia. Apabila nilai fungsional ini dipadukan dengan ragam teknik memasak maka jadilah hasil berupa hidangan yang nikmat dan eksotik untuk membangun kualitas kehidupan bangsa. Bukti keunggulan kuliner Indonesia juga ditunjukkan oleh produk kuliner fermentasi asli Indonesia yang digunakan dalam memasak dan menikmati makanan. Oleh karena itu, diperlukan promosi ragam kuliner sehat berbasis biodiversity Indonesia sebagai kekayaan budaya untuk membangun persatuan bangsa.
Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) menginisiasi Seminar Keunggulan Kuliner Indonesia 2019 sebagai wadah untuk mengungkap nilai fungsional aneka produk kuliner sehat berdasarkan temuan-temuan yang dapat ditelusuri, aspek sejarah, hasil kajian dan penelitian karya seni dapur nenek moyang bangsa Indonesia. Dalam sambutan saat pembukaan seminar, Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D. mewakili Rektor UGM mengatakan bahwa industri kuliner dengan memanfaatkan biodiversitas Indonesia dapat semakin berkembang jika pemerintah, akademisi, dan pelaku industri kuliner bersinergi dalam tugas masing-masing untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat. Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia, Dr. Ir. Wawan Rusiawan, M.M. membuka secara resmi Seminar dan mengatakan, “Bekraf bekerjasama dengan UGM ingin mengembangkan grand strategy bidang kuliner sebagai salah satu dari 16 sub sektor yang menjadi perhatian”. Turut memberi sambutan pula Ketua panitia Seminar Keunggulan Kuliner Indonesia 2019, Dr.rer.nat. Lucia Dhiantika Witasari, S.Farm., M.Biotech.Apt. dan Dekan FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. dalam pembukaan seminar yang berlangsung tanggal 4 September 2019 pagi.
Bertempat di Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, seminar yang berlangsung tanggal 4-5 September 2019 ini menghadirkan pembicara ahli dari kalangan sejarawan, jurnalis, pengusaha, dan akademisi, antara lain Andreas Maryoto dan Fadly Rahman di bidang sejarah kuliner Indonesia, Ir. Benyamin Mangitung tentang potensi produksi dan konsumsi ikan, Prof. Dr. Ir. Y. Marsono, M.S. tentang aspek gizi pengolahan pangan, Santhi Serad tentang manfaat rempah, dan Dekan FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. tentang nilai fungsionalitas produk fermentasi asli Indonesia. Para akademisi dan peneliti juga diberi kesempatan untuk mempresentasikan makalah dengan tema “Mengungkap Kuliner Sehat Berbasis Biodiversity Indonesia”. Paper pemakalah dimuat di prosiding seminar yang tersedia secara online dengan ISBN.
Acara dikemas lebih menarik dengan Cooking Demo oleh chef ternama, Bara Pattiradjawane yang menyajikan dua resep makanan berbasis sayuran dan ikan, yaitu ikan kukus bumbu tauco dan kohu-kohu khas Maluku, daerah asal sang chef. Perwakilan peserta seminar juga diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam memasak bersama chef Bara. Antusiasme peserta juga terlihat dari banyaknya pertanyaan terlontar dan interaksi yang cukup dekat dengan chef Bara.
Manfaat yang lebih besar bisa diperoleh dengan disampaikannya cerita tentang tata cara makan dan minum sebagai pengantar dalam menikmati hidangan yang dapat membangun emosi selama menikmati makanan, seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito bersama Paguyuban Bangsawan Yogyakarta, Sapta Wandawa. Dalam sesi ini dijelaskan prosesi “ngunjuk loloh“, yaitu cara minum jamu di kalangan para bangsawan di Yogyakarta menggunakan ramuan dan peralatan khusus. Juga dijelaskan “ladosan dhahar Dalem“, yaitu tata cara makan para raja di Yogyakarta dengan susunan peralatan makan dan minum yang digunakan untuk menyajikan dhahar Dalem.
Minat generasi muda untuk ikut memikirkan pengembangan kuliner berbasis biodiversity Indonesia juga sangat diperlukan agar menjadi salah satu pilihan dalam mendukung gaya hidup. Maka kemunculan start up kreatif untuk kuliner sehat berbasis biodiversity Indonesia perlu didukung dan dibina agar lebih inovatif sesuai perkembangan zaman. Dengan program kurasi oleh Food Lab yang mengkompetisikan 17 start up terpilih dari kalangan UMKM, pemilik kedai, dan petani, diharapkan dapat membangun start up milenial yang dapat menggerakkan usaha kuliner sehat untuk perbaikan kualitas hidup bangsa Indonesia. Di akhir seminar diumumkan para pemenang kompetisi start up bisnis dimana Juara I diraih oleh Gettook dengan produk berbahan dasar singkong yang diolah menjadi keripik dengan berbagai varian rasa yang mudah diterima oleh konsumen dengan kemasan yang lebih baik dari produik lain yang serupa. D’milk yaitu produk minuman olahan susu yang memiliki berbagai varian rasa meraih Juara II, disusul Attempe produk makanan ringan dengan bahan baku kedelai lokal meraih Juara III.