Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM resmi melakukan serah kelola program bantuan dari Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) kepada Desa Selopamioro dan Sriharjo, Bantul pada Senin (7/8) di Balai Desa Selopamioro.
Program-program yang dimaksud meliputi mitigasi perubahan iklim, sistem manajemen terintegrasi pangan tingkat rumah tangga, dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan. Selain program, FTP juga menyerahkelolakan beberapa teknologi penunjang program, seperti biogas, Safe Water Garden, dan Perangkat UMKM pangan (penepung, slicer, sealer, dan spinner).
Serah kelola ini dilakukan FTP setelah DTPB menyelesaikan seluruh program pengabdian masyarakatnya di kedua desa tersebut. Program tersebut telah dillaksanakan DTPB sejak Agustus 2018 bekerja sama dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) di tiga desa, yakni dua desa tadi ditambah Desa Srimartani.
Tema yang diangkat DTPB dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah “Knowledge Development for Agricultural Sustainability in Agropolitan Area for Community Welfare”. DTPB memilih tema tersebut karena menyadari bahwa aspek manusia terutama pengetahuan sangat berpengaruh pada keberhasilan penerapan teknologi. Fokus yang disasar juga tidak hanya berfokus pada infrastruktur saja, melainkan lebih menekankan aspek pengetahuan manusianya.
Prof. Dr. Lilik Sutiarso, koordinator pelaksana program, mengatakan tujuan yang disasar oleh DTPB ini berusaha membawa kemanfaatan kepada masyarakat ketiga desa tersebut. “Warga sebenarnya sudah memiliki kearifan lokal sendiri, kami hanya memaksimalkannya dengan pengetahuan mengoperasikan teknologi,” ungkapnya.
Sebaliknya, Lilik mengungkapkan bahwa pihaknya sebagai pelaksana juga mendapat manfaat yang tidak kalah berarti dari warga desa. Hal itu karena kearifan lokal yang dimiliki warga tadi menjadi pembelajaran yang tidak bisa didapatkan di kampus.
“Warga di sini memiliki cara bercocok tanam, mengetahui iklim, panen, serta mendeteksi hama tersendiri. Selain kami memberi pengetahuan tentang teknologi, kami juga belajar kearifan lokal mereka tadi. Dan hal itu nantinya akan kami olah menjadi knowledge dictionary yang bisa dibagikan kepada umum,” paparnya.
Oleh karena itu, Lilik berharap dari progam ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak. “Warga akan memiliki kesadaran akan akses teknologi, UGM memperoleh local knowledge dictionary dari berbagai daerah, dan pemerintah akan mempunyai acuan penyaluran bantuan kepada desa. Dengan demikian, penerima manfaat akan semakin luas,” tuturnya.
Himawan Sajadti, Kepala Desa Selopamioro, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada FTP UGM karena telah memberi manfaat yang besar kepada desa. Ia menyebut bahwa program ini telah membantu mengangkat perekonomian desa, utamanya di sektor pertanian. Adanya program ini, menurutnya juga telah membuat warga menjadi lebih melek terhadap teknologi.
Himawan menyatakan bahwa desa menjadi berpikir untuk lebih mandiri lagi sekarang. Ia menuturkan bahwa desa kini tidak ingin hanya dibantu saja, melainkan juga bisa membantu. Oleh karenanya, desa sekarang berencana ingin mengembangkan sektor wisatanya. Namun, ia mengaku bahwa pihaknya masih bingung, baik dalam mendesain serta memasarkannya. “Saya berharap UGM bisa membantu kembali, agar desa kami menjadi lebih mandiri,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam) (/Mtt)