Lahan Pantai memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian. Pemanfaatannya kini telah banyak dilakukan, salah satunya di daerah pantai selatan Yogyakarta. Namun, persoalan irigasi yang tidak efisien dan kerusakan fisiologis tanaman akibat kadar garam yang terbawa oleh angin laut masih menjadi kendala utama dalam pengembangan pertanian di lahan pasir pantai.
Berangkat dari permasalahan tersebut, lima mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian FTP UGM terdorong untuk menciptakan alat guna mengatasi hal tersebut. Mereka adalah Mohammad Taufik Hidayatullah, Dwi Noor Rohmah, Haryo Prastono,Utik Tri Wulan Cahya,serta Shofwatul Fadilah yang membuat sebuah sistem kendali otomatis berbasis mikrokontroler pada sistem irigasi tetes yang dipadukan dengan sistem pembasuhan garam pada daun tanaman pertanian di lahan pasir pantai yang diberi nama ISIS (Intregated Irrigation System).
Sistem kendali ISIS (Intregated Irrigation System) bekerja dengan mengalirkan air irigasi secara otomatis saat tanaman membutuhkan air melalui pendekatan nilai titik layu (TL) dan berhenti ketika tanah mencapai batas kemampuan untuk menampung air (Kapasitas Lapang) melalui pembacaan sensor kadar lengas tanah. Sistem kendali ini juga akan mengaktifkan irigasi curah (sprinkler) secara otomatis untuk membasuh daun saat kadar garam di udara mencapai batas maksimal yang dapat merukak fisiologis daun melalui pembacaan sensor kadar garam di udara.
“Pengaplikasian alat ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman sesuai dengan penjadwalan irigasi yang presisi dan tanaman yang tumbuh pun dapat berkembang secara lebih optimal dengan pembasuhan garam pada permukaan daun,”papar Ketua tim pengembang ISIS, Mohammad Taufik, Rabu (17/6) di Kampus FTP UGM.
Sistem kendali ISIS, kata dia, diharapkan dapat mempertahankan tanah pada keadaan Available Moisture (AM) yakni dimana air berada pada keadaan tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, ISIS juga mampu menghemat penggunaan air karena tidak terjadi aliran permukaan maupun perlokasi. Harapannya dengan sistem irigasi ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian dengan meminimalisir terjadinya gangguan pertumbuhan karena kelebihan maupun kekurangan air pada saat irigasi dan gangguan fisiologis tanman akibat gangguan garam yang terbawa oleh angin laut.
“Pembuatan alat ini juga sebagai bentuk upaya konservasi tanah dan air yang berdampak pada kelestarian lingkungan,”ujarnya (Ilyas)