Dalam rangka Dies Natalis Ke-54 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada yang berlangsung hari Selasa (19/9) kemarin di Auditorium Kamarijani Sunjoto, salah satu agenda acaranya adalah penyerahan penghargaan bagi karyawan berprestasi 2017 di lingkungan FTP UGM. Terpilih 3 nama karyawan yang berhak menyandang predikat sebagai karyawan berprestasi adalah Yustin Nurgiatmoko (Unit TIK), Rr. Saptarini Kurniawati, SE. (Sekretariat Dekanat) , dan Aji Herman Saputra, S.Si (Teknisi Lab. Fisika Hayati DTPB). Dalam kesempatan tersebut penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, SDM dan Sistem Informasi Dr. Kuncoro Harto Widodo, STP., M.Eng. (Ttk)
Rilis Berita
Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM menggelar pameran karya inovasi yang dihasilkan oleh dosen baik lewat riset maupun pendampingan pada petani dan UMKM. Beberapa hasil karya inovasi tersebut berupa produk pangan, teknologi tepat guna dan maket pabrik pengolahan pangan. Beberapa diantaranya minuman sari tempe, alat cetak rengginang, pie buah dan biskuit serta cookies, maket pabrik asap cair, maket pabrik kacang rendah lemak, produk beras hitam dari hasil pengembangan padi SRI di Bantul dan Kediri.
Dekan FTP, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., mengatakan pameran produk inovasi pangan ini merupakan hasil dari kerja sama FTP UGM dengan para mitra, seperti kelompok tani dan UMKM.”Kita harapkan lewat pameran inovasi ini nantinya makin dikenal luas berbagai produk yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri,” kata Eni saat peluncuran pameran produk karya inovasi dan temu mitra di selasar FTP UGM, Selasa (12/9).
Salah satu produk inovasi yang dipamerkan adalah produk beras hitam dari kelompok tani Bantul dan Kediri. Prof Dr. Ir. Sigit Supadmo Arif, M.Eng., pembina budidaya padi SRI (System of Rice Intensification) dari FTP UGM, mengatakan budidaya tanam beras hitam bermula dari gerakan budidaya padi SRI dan gerakan irigasi bersih di Imogiri Bantul. Konsep budidaya padi SRI menarik minat beberapa orang petani untuk menanam varietas lokal seperti beras hitam yang berasal dari Imogiri Bantul. “Sudah dikembangkan oleh kelompok tani empat tahun yang lalu, sekali panen baru 1,4 ton,” kata Sigit.
Meski petani yang menanam beras hitam masih sedikit, kata Sigit, namun peminat beras hitam cukup tinggi. Dikatakan Sigit, keunggulan beras hitam dibanding beras lainnya dari sisi kesehatan sehingga menarik banyak calon pembeli. Sigit menuturkan beras hitam Bantul ini diketahui rendah karbohidrat. “Kadar glikemik sangat rendah sehingga bisa mengurangi risiko penyakit diabetes,” papar Sigit.
Selain di Bantul, kata Sigit, pengembangan budaya padi SRI juga dilakukan di Kediri. Salah satu kelompok tani di sana ternyata juga tertarik mengembangkan beras hitam dengan menggunakan sistem pertanian organik. Ali Maksun, 47 tahun, anggota kelompok tani Mulur, Desa Kencong, Kediri, mengatakan awalnya mereka menggunakan budidaya tanam padi SRI yang ditawarkan oleh UGM. Setelah hasil panen mereka per hektar meningkat maka Maksun bersama anggota kelompok tani lainnya menanam berbagai jenis varietas padi lokal. “Ada delapan varietas lokal di Kediri,”katanya.
Maksun mengakui sengaja menanam padi lokal dikarenkan peminatnya cukup banyak. “Saya kembangkan betul, menurut konsumen, rasanya enak, apalagi kita tanam secara organik,” ujarnya.
Saat ini, kata Maksun, untuk satu kilogram beras hitam mereka jual seharga Rp25 ribu. Sementara produk beras lokal Bantul, kata Sigit, dijual Rp20 ribu per kilogram. “Kita akan bantu menghubungkan ke petani jika ada peminat dari luar kota menginginkan varietas ini,” kata Sigit. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
sumber dari https://ugm.ac.id/id/berita/14707-ftp.ugm.dan.kelompok.tani.kembangkan.beras.hitam.organik
Bermula dari obrolan di Grup WA yang bernama JEBOLAN108 (Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada) tentang problem-problem keamanan pangan, maka beberapa anggota bersepakat untuk membentuk kelompok yang berperanserta dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pangan yang aman.
Pada hari Sabtu tanggal 10 Juni 2017 bertempat di FTP UGM telah dideklarasikan Gerakan Pangan Aman Universitas Gadjah Mada (GPA-UGM). Bersamaan dengan deklarasi tersebut telah dilakukan Rumusan Aksi GPA-UGM.
Deklarasi yang disaksikan oleh Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc. (Dekan FTP UGM) beserta para Wakil Dekan FTP UGM, telah dibentuk semacam Tim Aksi yg dikoordinasi oleh Endang S. Rahayu (Trisye). Dalam operasionalnya, Tim tersebut dibantu oleh : Saiful Rochdyanto, Sotja Prajati, Nunuk S. Rahayu, Maman Suherman, Titiek F. Djafar, Agung Sugihandono, Benyamin Mangitung, Edhy Sutanto, Andreas Maryoto, dll.
Sebagai bentuk eksplorasi kegiatan aksi serupa, maka dalam deklarasi tersebut telah dilakukan pula tukar pengalaman dari beberapa narasumber dari Dinas/Instansi terkait yaitu : IGA Adhi Aryapatni (Kepala BBPOM DIY), Tyas Kristanti (DisTan DIY), Heny Aprita R (DinKes), Kuncoro Hadi Purwoko (BKPP DIY).
Berdasar Rumusan Aksi tersebut akan dilakukan beberapa aksi. Aksi pertama adalah GEBYAR MIE BAKSO AMAN yang akan dilaksanakan pada bulan September bersamaan dengan Peringatan Dies Natalis Ke-54 FTP UGM.
Informasi mengenai GPA-UGM dapat diikuti di Facebook Fanpage Gerakan Pangan Aman Alumni Ftpugm
Universitas Gadjah Mada, dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian menjadi penyelenggara (host) salah satu kegiatan Six University Initiative Japan Indonesia (SUIJI) yaitu Service Learning Program (SLP) atau semacam KKN yang diikuti oleh 22 mahasiswa dan 3 dosen (Prof. Kasamatsu Hiroki, Prof. Yukie Matsumura, Prof. Fujino Noriko) dari 3 universitas di Jepang, yaitu Ehime University, Kagawa University, dan Kochi University, yang berlangsung dari tanggal 23 Februari hingga 13 Maret 2017. Kegiatan SUIJI-SLP bertempat di 2 lokasi wilayah Yogyakarta, yaitu Desa Srimartani Bantul dan Desa Banyusoca, Gunungkidul dengan didampingi 25 mahasiswa dari Fakultas Agrokompleks UGM (Teknologi Pertanian, Pertanian, Peternakan dan Kehutanan) dan 6 Dosen Pembimbing Lapangan dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM (Dr. Nursigit Bintoro, Dr. Agung Putra Pamungkas, Zaki Utama, M.P., Dr. Ngadisih, Dr. Joko Nugroho W. Karyadi dan Dr. Rachma Wikandari).
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan sistem irigasi secara otomatis sesuai kebutuhan tanaman di areal perkebunan kelapa sawit. Alat yang masih berupa prototipe ini bahkan menjadi jawara dalam kompetisi Agribiz Challenge yang digelar pada bulan Desember 2016 lalu.
Sistem irigasi yang dinamai dengan “AiRi” ini memperoleh juara pertama kategori on farm di ajang bergengsi tersebut dengan menyisihkan ratusan karya lainnya. Sistem ini dikembangkan oleh Andrianto Ansari dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) berkolaborasi dengan beberapa alumni FTP, yaitu Widagdo Purbowaskito, Yustafat Fawzi, dan Dualim Atma serta Muhammad Ghufron Mustaqim dari FISIPOL. Kelimanya tergabung dalam tim Merapi Tani Instrument (Mertani) Indonesia.
“AiRi merupakan teknologi otomatisasi untuk irigasi pada pembibitan kelapa sawit yang mengombinasikan hardware dan software yang bekerja secara real time,” jelas Andrianto, Rabu (4/1).
Andrianto memaparkan pengembangan alat yang telah dilakukan sejak tahun 2012 silam ini berawal dari keprihatin terhadap sistem irigasi yang dilakukan para petani Indonesia karena masih berjalan secara tradisional. Irigasi secara manual dinilai kurang efektif karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu dalam pengerjaannya.
Dengan adanya teknologi otomatisasi irigasi ini diharapkan tidak hanya bisa mengurangi pengeluaran biaya dan tenaga. Namun, juga dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan menghemat penggunaan air.
Teknologi otomatisasi irigasi ini, kata Andrianto, menggunakan sensor nutrisi, sensor lengas tanah, serta sensor iklim mikro berbasis jaringan nirkabel. Melalui sensor-sensor itu dapat diketahui kondisi kelembaban tanah, nutrisi dan iklim di area perkebunan. Alat ini juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber energi dalam pengoperasian sistem irigasi ini.
“Alat ini bekerja secara otomatis saat tanaman membutuhkan air,” ujar pria asal Sedayu, Bantul ini.
AiRi bekerja dengan mengalirkan air irigasi otomatis saat tanaman membutuhkan air melalui pendekatan titik layu. Lalu irigasi akan berhenti otomatis saat tanah mencapai kapasitas lapang lewat pembacaan skor lengas tanah.
“Dengan begitu sistem otomatisasi irigasi ini mampu menghemat penggunaan air,” tuturnya.
AiRi telah diaplikasikan di beberapa tempat salah satunya Pusat Penelitian kelapa Sawit (PPKS) Medan. Selain itu, juga pernah diujicobakan di kebun tembakau PTPN X Klaten.
Saat ini, sistem irigasi yang dikembangkan lima anak muda ini berupa irigasi sistem tetes. Namun kedepan, mereka akan mengembangkan dengan sistem sprinkler agar pengairan lebih optimal.
“Berbagai pengembangan terus kami lakukan agar alat ini bisa bekerja lebih maksimal dan diproduksi secara massal agar manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat,”tutupnya. (Humas UGM/Ika)