Hari ke-2 penyelenggaraan 3rd summer course dengan tema “Local Indigenous Functional Food’s Roles in the Era of Covid-19 Pandemic: From Farm to Table” pada tanggal 14 Juli 2021 diisi dengan 3 sesi yang terdiri dari virtual trip dan diskusi, elaborasi materi, dan presentasi. Di sesi pertama, peserta mengikuti 2 kunjungan komunitas secara virtual dan dilanjutkan dengan diskusi perihal kelebihan dan kekurangan dalam penerapan Agro-ekowisata dan pemanfaatan mesin-mesin pertanian.
Selanjutnya pada sesi ke-2, disajikan pemaparan materi dari Prof. Lilik Sutiarso tentang “Sustainable Agriculture: a case study in Sriharjo Village”. Dalam pemaparannya, Prof. Lilik menjelaskan tentang konsep ekonomi bio-circular-green (BCG). Pada konsep circular economy, green economy, dan bio-economy diintegrasikan guna menyelaraskan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Konsep ini sudah dikembangkan sejak lama untuk membuka peluang kerjasama antara industri, pemerintah, dan penduduk dalam suatu sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Desa Sriharjo merupakan desa pertama yang menerapkan BCG. Agro-environmental Edu Techno Park [AETP] adalah model modifikasi dari pengembangan techno park yang berfokus lebih kepada agri-environmental systems. Terdapat tiga aspek yang dikembangkan di Sriharjo, meliputi Agri-environmental Technology, proses edukasi, dan aktivitas produksi. Adapun output yang dihasilkan dari penerapan model AETP adalah keberlanjutan sistem agri-environmental di suatu desa serta penguatan pengetahuan penduduk guna membangun suatu komunitas penduduk yang berbasis pada agri-environmental system.
Pada sesi terakhir yang dipandu oleh Dr. Ngadisih, dilakukan presentasi hasil brainstorming dari tiap kelompok tentang kelebihan dan kekurangan dari penerapan Agro-ekowisata dan pemanfaatan mesin-mesin pertanian dari video yang telah diputar pada sesi pagi hari.